Minggu, 19 September 2010

hmmm -___-

maaf

hanya itu kata yang dapat kuucap

atas segala kesalahanku

semua keburukanku

seluruh kekasaranku

segenap kemunafikanku


aku hanyalah orang jahat

yang terlupa arah

tak jarang aku menyakiti orang lain

juga kau


kapankah saatnya tiba

ada orang yang mengerti aku

orang yang menerimaku apa adanya

untuk menyadarkanku ketika salah

tanpa membuatku jatuh terpuruk


karena duniaku yang sekarang hampa

pucat kelabu

bahkan gelap gulita

cahaya remang-remang sesekali muncul

namun ia langsung menjauh dan lenyap


kapankah akan kutemukan diriku yang lain

atau jiwaku ini kekal

keras tanpa pernah lunak

hitam tanpa pernah putih


aku butuh tangan

untuk menuntunku

ke jalan yang Dia ridhai

tanpa menyakiti tanpa disakiti


aku ingin pulang

terbang ke sisiMu

karena aku bukanlah siapa-siapa

melainkan milikMu.....

CJ7 @ Remo

bubar CJ7 di Resep Moyang
udah lama sih, cmn mau posting fotonya aja
hehe (gejebanget)




my lovely besties :)
tapi kurang tiga personil -___-


yep, that's all

My Novel Project

Salah satu proyek novel saya (yang gak kunjung selesai entah kenapa). Enjoy :)

Sinar matahari menyelimuti di balik awan stratto cumulus yang meneduhi salah satu murid SMA Monomiya yang sedang berada berpuluh-puluh kilometer dibawahnya. Seragam serba hitamnya berkibar-kibar tertiup angin. Ia sedang dihadang, awalnya, karena kini kelihatannya malah ia yang sedang menghadang. Hanya dalam satu bantingan, lawannya sudah terhempas jauh. Sama halnya dengan kroni-kroninya.

“Haha, rasakan akibatnya kalau sudah berurusan dengan Nagi Aizawa!!”, ucapnya sambil menyeringai setelah berhasil menghempaskan lawannya yang lain.

“Ampun, ampun!”, korbannya yang berjatuhan langsung kelabakan dan lari menjauh.

“Huh, dasar! Hei kau, lain kali hati-hati”, katanya kepada seorang siswa SMP yang tersudut di ujung, ketakutan. Tampaknya siswa SMP tersebut habis dipalak dan diancam oleh segerombolan berandalan.

“Terimakasih! Maafkan saya!”, kata siswa SMP tersebut takut-takut. Tetapi sang penyelamat tersebut telah pergi, entah kemana.

***

Begitulah, sang penyelamat kita kini sedang mencoba menyelamatkan hidupnya sendiri..

Chikuso, telat lagi!”, seru Nagi. Ia segera melesat menuju sekolahnya yang kira-kira hanya berjarak beberapa belas meter lagi dari posisinya sekarang. Segera ia merapikan dasi dan blazernya yang sempat acak-acakan karena insiden kecil barusan. Pintu gerbang sekolah kini hanya beberapa meter di hadapannya, dan pada saat itulah gerbang itu tertutup serapat-rapatnya.

“Cih”, batinnya dalam hati. Bapak penjaga gerbang tampaknya merasa puas sekarang karena sukses mengurungnya di luar setelah sekian lama gagal.

“Pak, biarkan saya masuk pak..”, ia mengemis sejadi-jadinya layaknya pengamen di perempatan yang mengemis uang. Tetapi bapak penjaga gerbang yang dikenal tanpa belas kasih tersebut hanya menyeringai dan pergi berlalu sembari menggemerincingkan kunci-kunci di genggaman tangannya.

Sialan, tidak ada jalan lain, batinnya. Apa boleh buat, Tuhan, maafkan aku!, batinnya lagi. Ia pun mengambil jalan memutar dan berhenti di depan pagar belakang sekolah. Kalau dari sini tidak akan kelihatan, pikirnya. Ia segera mengambil ancang-ancang dan 1.. 2... 3...

“Heaaaaaaaa!!!”. Ia pun dengan sukses meloncati pagar dan mendarat di halaman sekolah bagian belakang yang selalu sepi. Ia menoleh kekanan dan kekiri dengan penuh kewaspadaan. Aman.

“Nagi!”, terdengar suara seseorang memanggilnya. Orang yang dipanggil kaget dan menoleh perlahan. Ternyata itu Risa dan Inoue, dua teman sekelasnya.

“ Apa yang kamu lakukan disini?”, tanya Risa.

Iee... Aku melihat ada hewan aneh disekitar sini. Jadi aku mengikutinya.. Haha”.

Sungguh alasan yang tidak logis.

“Mana? aku mau lihat juga”, kata Risa menimpali.

“Sudah, sudah, ayo kita ke kelas! Haha!”, kata Nagi sembari mendorong mereka.

“Benar, sekarang kan pelajaran Matematika! Hayaku!

Dan mereka pun berlalu, menyisakan kelegaan di hati Nagi. Another ordinary day! Yeah!


to-be continued...